Selasa, 09 Agustus 2011

mimpi,,  

mungkin kah mimpi ku akan menjadi kenyataa,
tapi slama ini aku ga pernah percaya akan mimpi2 yang katanya akan terjadi
aku mimpi jadi model terkenal....
kira2 mungkin ga ya 
ahhh.....
mungkin hanya mimpi aja ya,,

Minggu, 24 Juli 2011

islam

Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan Hati kami
condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau
karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia). Hati yang Halus Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom) 18 December 2007 Login There are no comments posted
yet. Be the first one! Comment as a Guest, or login: Name Email Website (optional) Displayed next to your
comments. Not displayed publicly. If you have a website, link to
it here. Submit Comment Comments Post a new comment Subscribe to Posted by Qolbiah Weblog Labels: Al-Quran 10. Pokok Isi Al-Quran 1. Tauhid Percaya secara Haqqul yakin kepada Allah SWT. dan Malaikat-malaikat-Nya. Dan Kitab-kitab-Nya. Dan para Rasul-rasul-Nya. Dan Hari Qiyamat/Hari kemudian. Ser ta percaya kepada Qodho dan Qodar-Nya (Baik dan buruk datangnya dari Allah.SWT). 2. Tuntunan Ibadah Selaku perbuatan yang menghidupkan jiwa Tauhid. 3. Janji dan Ancaman Al-Qur-aan menjanjikan pahala dan siksa. 4. Hukum Pergaulan Bermasyarakat Demi mendapatkan kebahagiaan Dunia dan Akhirat. 5. Inti Sejarah Orang-orang yang tunduk dan
ta’at kepada Allah. SWT, seperti para Nabi dan Rasul. Juga orang-orang Shaleh . Sejarah manusia yang mengingkari Agama Allah dengan segenap hukum- hukum Allah. ini semua menjadi i’tibar atau contoh bagi orang yang beriman dan berakhlaq mulia. Dengan harapan agar tercapai kebahagiaan hidup di Dunia dan di Akhirat. Allah menurunkan Al-Qur-aan itu, gunanya untuk dijadikan dasar "Hukum" Dan disampaikan kepada selu ruh hamba-Nya. Serta membimbing agar manusia ber ’ilmu supaya memahami, bahwa segala Perintah Allah Wajib di’amalkan. Dan segala Larangan-Nya wajib ditinggalkan. Dan siapa saja yang melanggar. Pasti terkena sanksi yang telah ditetapkan Allah SWT. Perhatikan Firman- Nya : ْﻚـِﺴـْﻤــَﺘــْﺳﺎَﻓ َﻲِﺣْﻭُﺍ ْﻱِﺬـَّﻟﺎـِﺑ َﻚــْﻴـــــَﻟِﺍ ، ِﺍ َﺮـِﺻ َﻰﻠـَﻋ َﻚــَّﻧ ٍﻢـْﻴـِﻘــَﺘـْﺴُّﻣ ٍﻁﺍ ٌﺮـْﻛِﺬـَﻟ ﻪــَّﻧ ِﺍ َﻭ ْﻮـَﻘِـﻟ َﻭ َﻚـَّﻟ َﻚِﻣ . َﻑْﻮــَﺳ َﻭ َﻥ ْﻮـُﻠــَﺌــْﺴُـﺗ "Maka berpegang teguhlah
kepada (Al-Qur-aan) yang telah KAMI Wahyukan kepada engkau. Sesungguhnya engkau berada didalam jalan yang lurus".
"Dan sesungguhnya Az- zikro (Al-Qur-aan) itu, suatu kemuliaan bagimu dan bagi kaummu. Dan akan di minta pertanggung jawabanmu (dalam memegang dan menyiarkan Al-Qur-aan ini)" (Q.S. Az-Zukruf : 43 - 44) ْﻮـُﺳَّﺮـﻟﺍ ﺎَﻬــُّﻳ ﺎـﻳ َﺰـْﻧ َﺍ ﺂَﻣ ﻎــِّﻠــَﺑ ُﻝ َّﺭ ْﻦِﻣ َﻚـْﻴــَﻟ ِﺍ َﻝ ْﻢـــَﻟ ْﻥِﺍ َﻭ َﻚـِـّﺑ ﺎَﻤـَﻓ ُﻞــَﻌــْﻔـــَﺗ َﺖْﻐـَّﻠــَﺑ َﻭ ُﻪــَﺘــَﻠــَﺳِﺭ َﻚـُﻤِﺼْﻌـَﻳ ُﻪـــّﻠـﻟﺍ َّﻥ ِﺍ ِﺱ ﺎَّﻨــﻟﺍ َﻦِﻣ ﻯِﺪـْﻬـَــﻳ َﻻ َﻪـــّﻠـﻟﺍ َﻡ ْﻮـَﻘــْﻟﺍ َﻦــْﻳ ِﺮـِﻔــﻜـْﻟﺍ "Hai Rasul ! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Dan jika tidak kamu laksanakan Berarti engkau tidak menyampaikan Risalah- Nya. Dan Allah akan memelihara kamu dari (perbuatan jahat) Manusia. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki kaum yang kafir". (Q.S.Al- Maidah : 67) Selanjutnya Allah menekankan kepada Manusia. َﺍ ٌﺏﺎَﺘــــــِﻛ ﺍَﺬﻫَﻭ َﺭﺎَﺒــُﻣ ﻪـﻨــْﻟ َﺰــْﻧ ُﻩ ﻮـُﻌـْﺒــَّﺗ ﺎَﻓ ٌﻙ ﺍ ْﻮـُﻘـــَّﺗ َﻭ ْﻢـُﻜــَّﻠــَﻌــَﻟ َﻥ ْﻮـُﻤـَﺣْﺮــُﺗ "Dan inilah Kitab (Al-Qur- aan) yang KAMI turunkan. (Dan) yang diberi Berkah. Maka ikutilah (Ajaran yang terkandung didalamnya). Dan bertawakkallah (kepada Allah) agar kamu diberi Rahmat". (Q.S. Al-An’aam :
155) Baik sekali dijadikan bahan renungan khusus, agar diri kita mendapat bimbingan dari Allah SWT. Selanjutnya kita tidak berani berlalai-lalai dalam meniti buih Dunia yang fana ini. Karena menurut kebiasaan manusia jika terperosok terlalu dalam, Insya Allah akan payah untuk
kembali kejalan semula, sehingga terkena sanksi dengan kalimat ayat dibawah : ْﻮـُﻜـَﺗ َﻻ َﻭ َﻦـْﻳ ِﺬـَّﻟﺎَﻛﺍْﻮـُﻧ ْﻢُﻫَﻭﺎَﻨـْﻌـِﻤـَﺳﺍْﻮـُﻟﺎـَﻗ َﻥْﻮـُﻌـَﻤـْﺴَــﻳ َﻻ . َّﺮـَﺷ َّﻥِﺍ َﺪـْﻨـِﻋ ّﺏﺁَﻭَّﺪـﻟﺍ ُّﻢـُّﺼﻟﺍ ِﻪـــّﻠـﻟﺍ ِﺬـَّﻟﺍ ُﻢـْﻜـُﺒـْﻟﺍ َﻻ َﻦـْﻳ َﻥْﻮـُﻠـِﻘــْﻌـَــﻳ "Janganlah kamu seperti orang (Munafiq) yang berkata, "Kami mendengar, tetapi sebenarnya mereka tidak mendengar (memahami dan tidak mematuhi)". "Sesungguhnya Binatang melata yang paling jelek pada penilaian Allah, ialah orang yang Pekak dan Bisu yang tidak mau mengerti (Undangan Allah)". (Q.S. Al-Anfaal : 21 - 22) ِﺬـَّﻟﺍ ﺎَﻬــُّﻳ َﺎـﻳ ﺍﺍْﻮـُﻨـَﻣ ﺍ َﻦـْﻳ ﺍْﻮـُﺒــْﻴـِﺠـَﺘـْﺳ َﻭ ِﻪــــّﻠِـﻟ ِﻝْﻮـُﺳَّﺮـﻠِـﻟ ْﻢـُﻛﺎـَﻋَﺩﺍَﺫِﺍ ﺎَﻤــِــﻟ َﻭ ْﻢـُﻜـْﻴــِﻴـْﺤُـﻳ َّﻥَﺍ ﺁْﻮـُﻤـَﻠـْﻋﺍ ْﻮـُﺤَـﻳ َﻪــــــــّﻠـﻟﺍ ِﺀْﺮـَﻤـْﻟﺍ َﻦـْﻴــَﺑ ُﻝ ِﺍ َﻭ ِﻪـِﺒــْﻠـــَﻗ َﻭ ِﻪــْﻴــَﻟ ِﺍ ُﻪــَّﻧ َﻥْﻭُﺮـَﺸـْﺤـُﺗ "Hai orang yang beriman ! Patuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya. Apabila Rasul menyeru kamu terhadap sesuatu yang menghidupkan (jiwa) kamu (Rohani dan Jasmani). Dan ketahuilah. Sesungguhnya Allah memberi batas antara Manusia dan Hatinya. Dan sesungguhnya kepada-Nya
kamu akan dikumpulkan" (Q.S. Al- Anfaal : 24) َﻦْﻳ ِﺬَّﻟﺍﺎَﻬــُّﻳ َﺎـﻳ ْﻮـُﺨـَﺗ َﻻﺍْﻮـُﻨـَﻣﺍ َﻭ َﻪـــّﻠـﻟﺍ ﺍﻮــُﻧ َﻭ َﻝ ْﻮـُﺳَّﺮـﻟﺍ َﺍ ﺁْﻮــُﻧ ْﻮُﺨـَّﺗ َﺍ َﻭ ْﻢــُﻜــِﺘــﻨـْﻣ ْﻢــُﺘــْﻧ َﻥ ْﻮــُﻤــَﻠــْﻌــَﺗ "Hai orang Mukmin ! Janganlah kamu berkhianat kepada Allah dan Rasul (Muhammad). Dan Janganlah kamu mengkhianati Amanah- amanah yang dipercayakan kepadamu. Sementara kamu mengetahui". (Q.S. Al- Anfaal : 27) Bagi yang menyembunyikan ’ilmu, Perhatikan Ayat : ْﻦـَﻋ َﻞــِﺌـُﺳ ْﻦَﻣ ٍﻢـْﻠـِﻋ ُﻪـَﻤــَﺘـــَﻜــَﻓ ُﻪـــّﻠـﻟﺍ ُﻪـَﻤـَﺠـْﻟﺍ ﺎـَﻴـــِﻘـْﻟﺍ َﻡ ْﻮـَـﻳ ِﻡ ﺎَﺠــِﻠـــِﺑ ِﺔـَﻣ ِﺭﺎَّﻨــــﻟﺍ َﻦِﻣ "Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ‘ilmu. Kemudian ia menyembunyikannya.
(berat untuk memberi keterangan). Maka Allah SWT akan mengekang (mulutnya) kelak dihari Qiyamat. Dengan kekang dari api Neraka !". (H.R. Ahmad)

makna ikhlas

Ikhlas karena Allah artinya
apabila seseorang
memaksudkan ibadahnya
untuk bertaqarrub
( mendekatkan diri ) kepada
Allah dan bertawassul ( menjadikan ibadahnya itu
untuk mencapai ) kemuliaan-
Nya. Apabila seseorang
memaksudkan ibadahnya
untuk sesuatu yang lain,
maka disini ada uraiannya, yang dapat dirinci menurut
tiga macam golongan : 1.Seseorang bermaksud untuk taqarrub kepada selain Allah dalam ibadah ini dan untuk mendapatkan sanjungan dari orang lain. Tentu saja hal ini menggugurkan pahala amal dan ini termasuk syirik. Dalam hadits qudsi Allah berfirman :" Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang
siapa melakkukan suatu amal yang dia menyekutukan selain Aku di dalamnya bersamaKu, maka Aku meninggalkannya dan dia tetap dalam sekutunya". 2. Ibadahnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan duniawi, seperti kursi kepemimpinan, kedudukan dan harta, tanpa memaksudkannya untuk taqarrub kepada Allah, maka amal semacam ini gugur dan tidak dapat mendekatkanya kepada Allah sebagai mana Allah berfirman : " Barang siapa yang menghendaki kehiduupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan " ( Hud: 15-16 ). Perbedaan antara golongan pertama dan kedua, kalau golongan pertama bermaksud agar mendapat sanjungan dari ibadahnya kepada Allah, sedang golongan kedua tidak bermaksud agar dia disanjung sebagai ahli ibadah kepada Allah, dan dia tidak ada kepentingan dengan sanjungan manusia karena perbuatannya 3. Seseorang memaksudkan ibadahnya untuk taqarrub kepada Allah dan sekaligus untuk tujuan duniawi yang bisa diperolehnya. Seperti dia bermaksud membersihkan badan di samping berniat beribadah kepada Allah tatkala melakukan thaharah , mendirikan shalat sambil melatih badan dan pergerakkannya, puasa sambil
menyusutkan berat badan dan menghilangkan kelebihan lemak, menunaikan ibadah haji sambil melihat masya'ir dan para jama'ah, semua ini dapat mengurangi balasan keikhlasan. Andaikata yang lebih banyak adalah niat ibadah, maka dia kehilangan balasan kesempurnaan amal.Tetapi hal itu tidak menyeretnya kepada dosa, yang didasarkan pada firman Allah : "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia(rizki hasil perniagaan ) dari Rabb- Mu" ( al-Baqarah:198). Apabila yang lebih banyak adalah niat untuk selain ibadah, maka dia tidak memperoleh balasan di akhirat. Tetapi balasannya hanya dia peroleh di dunia saja. Bahkan dikhawatirkan hal itu akan menyeretnya kepada dosa. Sebab dia menjadikan ibadah yang mestinya merupakan tujuan paling tinggi, sebagai sarana untuk mendapatkan keduniaan yang rendah nilainya, akhirnya ia termasuk
orang-orang yang Allah firmankan : { dan diantara mereka ada orang yang mencelamu tentang pembagian zakat, jika
mereka diberi sebagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah }.Terjemah QS: At-Taubah:58. Dalam sunan Abu Daud, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu : sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah, seseorang ada yang ingin berjihad, dan dia ingin mendapatkan imbalah dari imbalan dunia? Maka Beliau berkata : "Tidak ada pahala baginya" orang itu mengulang hingga tiga kali. Dan beliau berkata," tidak ada pahala baginya". Dan dalam hadits Bukhari dan Muslim,Rasulullah
bersabda :"Barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang bisa diperolehnya atau untuk wanita yang bisa dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia berpindah kepadanya". Apabila dua tujuan dalam takaran yang berimbang, niat ibadah tidak lebih banyak daripada niat selain ibadah, maka penilaian yang lebih dekat dengan kebenaran ialah,
dia tidak mendapat pahala apa-apa. Perbedaan antara golongan ini dengan golongan sebelumnya, bahwa tujuan selain ibadah pada golongan sebelumnya merupakan itu sasarannya.Kehendaknya
merupakankehendak yang berasal dari amalnya, seakan- akan apa yang dituntut dari pekerjaannya hanyalah urusan dunia belaka. Apabila ada yang bertanya : apakah timbangan untuk mengetahui tujuan orang yang termasuk dalam golongan ini, lebih banyak untuk ibadah atau pun bukan untuk ibadah ? Dapat dijawab : timbangannya ialah apabila dia tidak menuruh perhatian kecuali kepada ibadah, berhasil maupun tidak , maka hal ini telah menunjukkan niatnya lebih besar tertuju untuk ibadah. Dan kebalikannnya merupakan indikasi dari kebalikannya pula. Bagaimanapun juga, niat adalah perkataan hati, yang urusannya amat besar dan penting. Seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa melorot ke tingkatan orang- orang yang paling bawah karena perkataan hati itu. Sebagian orang salaf berkata : diriku tidak pernah berperang melawan sesuatu seperti perangnya menghadapi keikhlasan ." kita memohon keikhlasan dalam niat dan kebaikan dalam amal kepada Allah bagi kami dan juga bagi kalian semua.

kisah nabi muhammad dan pengemis buta

Kisah Nabi Muhammad Dengan
Pengemis Buta Terkisah seorang
pengemis yahudi buta
yang sepanjang hidup nya
ia selalu menghina Nabi
Muhammad. Setiap hari di
pagi hari ia selalu mencaci, mengumpat, dan
menghina Nabi
Muhammad, "Muhammad
pengikut setan",
"Muhammad tukang sihir",
"Muhammad penipu besar", dan masih banyak
umpatan2 keji yang
ditujukan kepada Nabi
Muhammad. Namun setiap
pagi pula Nabi Muhammad
mendatangi pengemis yahudi itu dan
memberinya makan, tanpa
memberi tahu pengemis
itu siapa dirinya
sebenarnya. Waktu demi waktu
berlalu, hingga suatu saat
Nabi Muhammad pun
wafat. Para sahabat yang
ditinggalkan sebisa
mungkin meneruskan kebiasaan2 Nabi sewaktu
beliau hidup. Salah satu
nya Abu Bakar, sahabat
sekaligus mertua Nabi
Muhammad, ia
menanyakan kepada aisyah, istri Nabi
Muhammad, tentang
kebiasaan2 Nabi
Muhammad ketika masih
hidup. Aisyah menjawab
"Di ujung jalan menuju ke pasar, ada seorang
pengemis yahudi, Nabi
Muhammad ketika hidup
selalu memberinya makan
setiap pagi". Abu Bakar
pun ingin meneruskan kebiasaan Nabi untuk
memberi makan yahudi
itu. Pagi itu Abu Bakar pun
mendatangi yahudi itu
sambil membawa
makanan. "Muhammad penipu",
"Muhammad pengikut
setan", "Muhammad tukan
sihir", teriak pengemis itu.
Abu Bakar yang berada
disitu pun kaget, ia berpikir mengapa Nabi
Muhammad memberi
makan orang seperti ini,
seorang yahudi yang
selalu mencaci dan
menghinanya. Namun dibuangnya jauh2 pikiran
itu, yang saat itu ia
pikirkan hanyalah
meneruskan kebiasaaan
Nabi. "Hai orang tua, ini aku
membawakan makanan
untuk mu", kata Abu
Bakar sambil memberikan
makanan itu ke tangan si
yahudi. "terima kasih", jawab
yahudi itu, "Siapa kau..?"
tanya yahudi itu. "Aku hanya orang biasa",
jawab Abu Bakar. "Kau bukan orang yang
biasa mengantar makanan
untuk ku", kata si yahudi. "Dari mana kau tahu..? kau
tidak bisa melihat", kata
Abu Bakar. "Orang yang selalu
mengantarkan makanan
untuk ku, ia menaruhkan
tangan ku di pundak nya,
sehingga mudah bagiku
untuk menggapainya, kemudian disuapinya
aku.", "Makanan yang
diberikan nya,
dilembekkan nya terlebih
dahulu, sehingga mudah
bagiku untuk menelannya, itulah mengapa aku tahu
kau bukan orang yang
biasa mengantarkan
makanan untuk ku,"
jawab si pengemis Mendengar ucapan si
yahudi, Abu Bakar pun tak
kuasa menahan air
matanya. Ia tak
menyangka Nabi
Muhammad melakukan hal tersebut kepada orang
yang selalu menghina dan
mencaci nya. "Benar, aku bukan orang
yang biasa mengantarkan
makanan untuk mu, orang
yang kau maksud kini
telah tiada, ia Nabi
Muhammad SAW" sambut Abu Bakar. Pengemis yahudi itu itu
pun terdiam, tak lama ia
menangis sekencang2 nya,
ia meminta maaf kepada
Abu Bakar, dan kemudian
ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

adab tidur dalam islam

Adab Tidur Dalam Islam Islam itu agama/dien yang sempurna, tidak ada dien yang lain yang bisa menandinginya walaupun cuma secuil. Didalam Islam, semua hal diatur dari bangun tidur sampai kita tidur kembali. Kali ingin pengen mengangkat topic tentang pandangan Islam tentang posisi tidur, suddenly come on my mind . Kalau kita ingin melihat cara pandang Islam terhadap suatu topik sebenarnya cukup simple, cukup simple karena kita tinggal menteladani perilaku baginda Rasulullah SAW dalam kesehariannya, termasuk tidur. Nah ini ada beberapa hadits panduan nya : 1. Kita sebaiknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710). 2. Sebelum tidur, hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW : “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al Bukhari No. 6320, Muslim No. 2714, At- Tirmidzi No. 3401 dan Abu Dawud No. 5050). 3. Untuk posisi tidur, sebaiknya posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk
kanan sebagai tumpuan). Tidak menjadi masalah jika pada saat tidur nanti posisi kita berubah ke atas sisi kiri. Hal ini berdasarkan sabda Rosululloh: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710). “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah
No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350). 4. Ada yang berpendapat bahwa posisi tidur diusahakan agar kepala menghadap ke Utara dan kaki mengarah ke Selatan, sehingga tubuh tidak menolak arus/medan magnet konstan yang mengaliri sekujur tubuh dari kutub magnetik Utara menuju ke Selatan. Untuk yang satu ini masih berupa saran/pendapat, saya belum menemukan haditsnya. 5. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut: “A’udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa ‘iqaabihi wa syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun.” Yang artinya “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.” (HR. Abu Dawud No. 3893, At-Tirmidzi No. 3528 dan lainnya). 6. Pada saat tidur tidak boleh telanjang berdasarkan hadits berikut : “Tidak diperbolehkan tidur hanya dengan memakai selimut, tanpa memakai busana apa- apa”. (HR. Muslim). 7. Laki2 dengan laki2 atau wanita dengan wanita tidak boleh tidur dalam satu selimut seperti hadits berikut : “Tidak diperbolehkan bagi laki-laki tidur berdua (begitu juga wanita) dalam satu selimut”. (HR. Muslim). 8. Setelah bangun tidur, disunnahkan mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan berdasarkan hadits berikut : “Maka bangunlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” [HR. Muslim No. 763 (182)]. 9. Jika bermimpi buruk, jangan sekali-kali menceritakannya pada siapapun kemudian meludah ke kiri tiga kali (diriwayatkan Muslim IV/1772), dan memohon perlindungan kepada Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat. (Itu dilakukan sebanyak tiga kali) (diriwayatkan Muslim IV/1772-1773). Hendaknya berpindah posisi tidurnya dari sisi sebelumnya. (diriwayatkan Muslim IV/1773). Atau bangun dan shalat bila mau. (diriwayatkan Muslim IV/1773). 10. Bersiwak setelah bangun
berdasarkan hadits berikut : “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255). 11. Beristinsyaq dan beristintsaar (menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung). “Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238). 12. Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali.” (HR. Al- Bukhari No. 162 dan Muslim No.278). Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa posisi tidur yang paling baik adalah bertumpu pada sisi kanan tubuh (menghadap ke kanan), dan ternyata hal ini sesuai dengan riset ilmiah yang telah dilakukan oleh beberapa orang. Berdasarkan riset ilmiah, posisi tidur seperti ini lebih menyehatkan daripada tiga posisi yang lain, yaitu tidur telentang , tengkurap, dan tidur dengan bertumpu pada sisi kiri tubuh. Posisi Telentang : Tidur berbaring dengan posisi telentang kurang sehat, sebab menekan atau menyesakkan tulang punggung, bahkan kadangkala bisa menyebabkan kita ingin ke toilet/WC. Tidur Tengkurap : Tidur tengkurap atau menelungkup tidak baik untuk pernapasan. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam atau pun tidur siang. “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih) Posisi Kiri : Tidur dengan bertumpu pada sisi kiri badan (menghadap ke kiri) dapat
menghimpit posisi jantung sehingga sirkulasi darah terganggu dan pasokan darah ke otak berkurang. Dengan berkurangnya pasokan darah ke otak, tidur pada posisi kiri dapat pula mengakibatkan kita sering mengalami mimpi- mimpi tidak baik (nightmares), serta berjalan dalam keadaan tidur (somnabulisme)